Karena persoalan cinta tertolak, maka kembali membuat anak SD, yang
masih berbau kencur ini mau bunuh diri. Harian Rakyat Bengkulu (RB) yang
memuat berita ini tentu bukanlah fiksi belaka, karena pada kenyataan di
lapangan, anak SD zaman sekarang sudah ada yang ‘berpacaran’, saling
telepon-teleponan, FB-an, dst dari fasilitas media lainnya.
Cobalah perhatikan anak sekarang, mereka sudah kelewat batas, berbuat
tanpa kontrol, mereka berpacaran, berkelahi hingga melukai temannya,
memukul guru sendiri juga ada, dan masih banyak lagi dari aneka perilaku
anak yang tidak terkontrol.
Paling menyita masyarakat adalah yang ini, anak SD yang ingin
berpacaran, namun ia ditolak. Ia sakit hati, perih rasanya. Maka jalan
pintas ialah mau bunuh diri! Lihat gambar di atas! Ia manjat di tower.
Astagfirulloh…
Mengapa ini bisa terjadi? Salah satu faktor yang menjadi barometer ada
kedekatan orang tua dengan anak. Orang tua yang enggan mengurusi anak
dalam persoalan kehidupannya yang masih culun, maka membuat anak mencari
pihak lain sebagai sumber referensi. Orang tua sudah acuh dengan sikap
anak, maka siap-siaplah melihat hasil negatif dari sebuah dampak
keacuhan itu!
Apalagi dimuluskan dengan adanya tayangan TV yang tidak edukatif, maka semakin melicinkan anak-anak ke jalan yang salah.
Untuk itu, kalau masih peduli dengan anak-anak kita, tolong perhatikan
aqidahnya, akhlaknya selama ini. Apakah ada pergeseran. Kalau ada,
adakan evaluasi, berikan pendekatan prefentif kepada anak. Jadilah
sahabat mereka. Berikan pelayanan, bukan pukulan! Cinta dan kasih sayang
adalah harapan mereka, karena cinta dari orang tua, maka ia akan lebih
terjaga. Menanamkan aqidah dari sejak dini, akhlak nabawiyah, adalah
pondasi pokok untuk anak-anak.
Jangan sampai anak kita mau juga bunuh diri lantaran persoalan kehidupan lainnya.
Gurupun tak kalah perannya di sini. Guru harus lihai dalam mencermati
perilaku anak-anak. Interaksi di kelas menjadi sebab awal anak itu jatuh
cinta. Tidak ada salahnya anak SD itu jatuh cinta, tapi jatuh cintanya
kepada pelajaran, bukan ke lawan jenis. Pendidikan aqidah, bagaimana
Islam mengatur hubungan lawan jenis harus mulai terlihat dari sejak SD.
Coba bayangkan dalam agama Islam, anak laki-laki dan perempun yang mana
ia bersaudara, kalau usianya sudah beranjak 7 tahun, maka harus dipisah!
Kalau begitu secara ekonomisnya, dua pihak: orang tua dan guru harus kembali evaluasi didikannya sejak dini.
Sudah siap…?
Wallohu a’lam.
sumber: Salam SWAT45 Kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar